Pada suatu tempat di pinggiran bumi ini, waktu telah menunjukkan pukul tiga pagi. Dibawah kejauhan terdapat bayang – bayang hitam sebuah gunung api super besar. Sementara alam semesta yang luas dengan bintang – bintang masih menghiasi langit sisa malam. Pada saat yang sama tampak beberapa orang mulai berkemas untuk segera berburu di dunia keindahan Bromo. Kata meraka, saat sebelum fajar adalah gelap serta paling dingin ini membuat sensasi tersendiri. Setelah meninggalkan hotel, jeep – jeep 4WD itu berkelok – kelok mendaki saat fajar ke sebuah titik perhentian gunung Penanjakan. Sekerumunan orang yang antusias berkumpul di tempat ini setiap pagi, mereka mengobrol seakan itu dapat mengalahkan rasa dingin. Syukurlah, bahwa bisnis sudah menaklukkan daerah pegunungan, hingga bergelas – gelas kopi manis panas yang dijual disana dapat sedikit membantu menghangatkan tubuh.
Tiba – tiba, seberkas cahaya membelah ufuk bumi bagian timur , bersamaan dengan berkas – berkas sinar mulai berlimpah turun ke lembah yang luas di bawahnya. Pemandangan khas tempat ini pelan – pelan terlihat, saat sejumlah gunung berapi mulai menggeliat bangun. Nampak gunung Bromo yang berpinggiran putih keabu – abuan mengepukan asapnya di pagi hari. Sebelahnya, gunung Batok yang berbentuk kerucut sempurna, bersama gunung Semeru, saudara tuanya yang tampak dalam bayang – bayang menjadi tiga sekawan. Di bagian bawahnya, sebuah hamparan kabut menutupi sekililing gunung – gunung ini bak buih cappuccino. Dari suasana yang hitam pekat, fajar berganti menjadi suasana biru cerah. Ini merupakan sebuah panggung alam yang sangat indah untuk dapat melihat bagaimana kekuatan alam memulai harinya. Pegunungan ini telah menjadi salah satu lokasi paling ikonik di Indonesia. Ribuan pengunjung telah datang setiap tahun untuk menyaksikan dan mengabadikan momen yang hening dan menakjubkan.
Gunung Bromo sesungguhnya merupakan sisa – sisa peninggalan Gunung Tengger, sebuah “maha gunung api”, yang menurut para ahli geologi meledakkan puncaknya jutaan tahun yang lalu. Sebagai akibat meletusnya Gunung Tengger, terbentuklah sekelompok “anak – anak” gunung berapi yang lebih kecil dan sebuah kaldera atau lembah vulkanik yang sangat luas.
Penduduk pegunungan Tengger merupakan penganut Hindu Jawa dan sebagai anak keturunan langsung dari kerajaan Majapahit. Pada kaki gunung berapi ini terdapat sebuah kuil/pura Hindu yaitu “Pura Agung Poten” yang menambah suasana mistis tempat ini.
Dari gunung Penanjakan meluncur menuruni jalan yang curam terus menuju ke bawah pusat jantung Tengger. Pemandangan bebatuan besar dan hamparan pasir yang luas di kaki gunung Bromo dan gunung Batok kian dekat. Gunung Batok sering disalah anggap sebagai Bromo. Sebenarnya gunung Batok ini adalah gunung api yang memiliki bentuk kerucut dan bergelombang sempurna. Namun nama gunung Bromo merupakan yang paling popular dan terkenal, karena pada setiap tahun diadakan “upacara kasada”. Penduduk Tengger dalam upacara ini membuat persembahan untuk dilemparkan ke mulut gunung Bromo yang terbuka lebar, sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan selama musim mendatang.
Selain terkenal dengan pemandangan alam yang menajubkan dan kontras disekitarnya, seolah menjadi daya tarik yang unik. Dari pemandangan gundukan bukit pasir ke hamparan padang rumput hijau. Disini juga akan merasakan perbedaan cuaca yang ekstrim, dari terik panas yang kering kemudian ke cuaca dingin yang membeku. Pada musim panas, pasir yang berwarna kelabu akan berubah menjadi merah.
Kawasan Tengger berada di Kabupaten Probolinggo, sekitar dua jam perjalanan dari kota Surabaya. Kawasan yang sempurna untuk memulai perjalanan baik dengan berjalan kaki atau berkendara dengan sepeda gunung. Alam pegunungan Tengger ini memiliki tanah dengan lahan pertanian yang subur untuk menghasilkan keragaman tumbuhan sayur mayur juga hutan hujan primer yang beragam pohon hias hingga Edelweiss Jawa, sejenis edelweiss local yang juga ditemukan di pegunungan Alpen, Swiss. Masyarakat Tengger hidup sangat harmonis dengan alam pegunungan di sekitar mereka. Untuk itu mereka selalu menjaga dan melestarikan alam pegunungan Tengger sebagai bagian dari kehidupannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar